PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Meningkatnya
pembangunan nasional dan industrialisasi diperlukan sarana-sarana
yang mendukung lancarnya proses industrialisasi tersebut, yaitu dengan
meningkatkan sektor pertanian. Kondisi pertanian di Indonesia di masa mendatang
banyak yang akan diarahkan untuk kepentingan agroindustri. Salah satu bentuknya
akan mengarah pada pola pertanian yang makin monokultur, baik itu pada
pertanian darat maupun akuakultur. Dengan kondisi tersebut, maka berbagai jenis
penyakit yang tidak dikenal atau menjadi masalah sebelumnya akan menjadi
kendala bagi peningkatan hasil berbagai komoditi agroindustri.
Kita tahu Indonesia adalah negara yang sangat kaya akan sumber
daya alamnya. Salah satu kekayaan tersebut, Indonesia memiliki tanah yang
sangat subur karena berada di kawasan yang umurnya masih muda, sehingga di
dalamnya banyak terdapat gunung-gunung berapi yang mampu mengembalikan
permukaan muda kembali yang kaya akan unsur hara. Selain itu, Indonesia juga
berada tepat pada garis khatulistiwa yang beriklim tropis. Dengan kata lain,
tanah di Indonesia memiliki sifat untuk meregenerasi dirinya sendiri.
Tanah merupakan tempat kehidupan mikroorganisme yang secara makro
menguntungkan bagi mahkluk hidup lainnya, termasuk manusia. Mikroorganisme ada
yg menguntungkan namun ada jg yg merugikan. Mikroorganisme yg merugikan bisa
menjadi penyakit bagi tanaman, terutama di daerah pertanian, bisa menurunkan
hasil pertanian. Sebenarnya tidak semua jenis Mikroorganisme, insekta, cacing
(nematoda) merupakan penyakit dan hama bagi tanaman, akan tetapi racun serangga
telah membunuhnya.
Makhluk-makhluk kecil ini sangat diperlukan untuk kesuburan tanah
selanjutnya. Apabila penyemprotan dilakukan berlebihan, maka yang akan terjadi
adalah kerugian. Tanah disekitar tanaman akan terkena pencemaran pestisida.
Akibatnya makhluk-makhluk kecil sebagai penjaga unsur hara itu banyak yang ikut
terbasmi, sehingga kesuburan tanah menjadi rusak.
Pencemaran
lingkungan terutama lingkungan pertanian disebabkan oleh penggunaan bahan-bahan
kimia pertanian. Telah dapat dibuktika, bahwa bahan-bahan kimia pertanian dalam
hal ini pestisida, meningkatkan produksi pertanian dan membuat pertanian lebih
efisien dan ekonomi. Pencemaran oleh pestisida tidak saja pada lingkungan
pertanian tapi juga dapat membahayakan kehidupan manusia dan hewan, dimana
residu pestisida terakumulasi pada produk-produk pertanian dan pada perairan.
Bagaimana cara untuk meningkatkan produksi pertanian disamping juga menjaga
keseimbangan lingkungan agar tidak terjadi pencemaran akibat penggunaan
pestisida yang dapat mengganggu stabilitas lingkungan pertanian. Untuk itu
perlu diketahui gambaran umum dari pestisida dan alternatif lain yang dapat
menggantikan peranan pestisida pada lingkungan pertanian dalam mengendalikan
hama, penyakit dan gulma.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Mengapa
peptisida sintetik berbahaya bagi lingkungan sekitar ?
2. Cara
alternative dalam penggunaan peptisida.
3. Mikroorganisme
apa yang digunakan dalam peptisida biologi ?
C. TUJUAN
1. Mengetahui
pengertian peptisida dan bahaya penggunaan peptisida sentetik.
2. Mengetahui
cara penanggulangan penggunaan peptisida menggunakan mikroba.
PEMBAHASAN
A. Pengertian pencemaran lingkungan
Pencemaran lingkungan adalah
masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat energi, dan atau komponen lain
ke dalam lngkungan atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia
atau oleh proses alam sehingga kualitas lingkungan turun sampai ke tingkat
tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat berfingsi
lagi sesuai dengan peruntukannya (UU Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup No. 4
Tahun 1982).
Pencemaran dapat timbul sebagai akibat kegiatan manusia ataupun disebabkan oleh
alam (misal gunung meletus, gas beracun). Ilmu lingkungan biasanya membahas
pencemaran yang disebabkan oleh aktivitas manusia, yang dapat dicegah dan dikendalikan.
Karena kegiatan manusia, pencermaran lingkungan pasti terjadi. Pencemaran
lingkungan tersebut tidak dapat dihindari. Yang dapat dilakukan adalah
mengurangi pencemaran, mengendalikan pencemaran, dan meningkatkan kesadaran dan
kepedulian masyarakat terhadap lingkungannya agar tidak mencemari lingkngan.
B. Pengertian pestisida
Pestisida
adalah substansi (zat) kimia yang digunakan untuk membunuh atau mengendalikan
berbagai hama. Berdasarkan asal katanya pestisida berasal dari bahasa inggris
yaitu pest berarti hama dan cida berarti pembunuh. Yang dimaksud
hama bagi petani sangat luas yaitu : tungau, tumbuhan pengganggu, penyakit
tanaman yang disebabkan oleh fungi (jamur), bakteria dan virus, nematoda
(cacing yang merusak akar), siput, tikus, burung dan hewan lain yang dianggap
merugikan. Pestisida adalah semua zat kimia atau bahan lain serta jasad renik
dan virus yang dipergunakan untuk :
1. Memberantas
atau mencegah hama-hama dan penyakit-penyakit yang merusak tanaman atau
hasil-hasil pertanian.
2. Memberantas
rerumputan.
3. Mematikan daun
dan mencegah pertumbuhan tanaman atau bagian-bagian tanaman, tidak termasuk
pupuk.
4. Memberantas
atau mencegah hama-hama luar pada hewan-hewan peliharaan dan ternak.
5. Memberantas dan
mencegah hama-hama air.
6. Memberikan atau
mencegah binatang-binatang dan jasad-jasad renik dalam rumah tangga, bangunan
dan alat-alat pengangkutan, memberantas atau mencegah binatang-binatang
yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia atau binatang yang perlu dilindungi
dengan penggunaan pada tanaman, tanah dan air.
Ada beberapa pengaruh negative pemakaian pestisida sintetis secara tidak
sesuai. Pertama, pencemaran air dan
tanah yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap manusia dan makhluk lainnya
dalam bentuk makanan dan minuman yang tercemar. Kedua, matinya musuh alami dari hama maupun patogen dan akan
menimbulkan resurgensi, yaitu serangan hama yang jauh lebih berat dari
sebelumnya. Ketiga, kemungkinan
terjadinya serangan hama sekunder. Contohnya: penyemprotan insektisida sintetis
secara rutin untuk mengendalikan ulat grayak (hama primer) dapat membunuh
serangga lain seperti walang sembah yang merupakan predator kutu daun (hama
sekunder). Akibatnya setelah ulat grayak dapat dikendalikan, kemungkinan besar tanaman
akan diserang oleh kutu daun. Keempat,
kematian serangga berguna dan menguntungkan seperti lebah yang sangat serbaguna
untuk penyerbukan. Kelima, timbulnya
kekebalan/resistensi hama maupun patogen terhadap pestisida sintetis.
Berdasarkan pertimbangan tersebut, setiap rencana penggunaan pestisida sintetis
hendaknya dipertimbangkan secara seksama tentang cara penggunaan yang paling
aman, di satu sisi efektif terhadap sasaran, di sisi yang lain aman bagi
pemakai maupun lingkungan
C.
Pengertian
Biodegradasi/Penguraian Bahan Pencemar (Polutan)
Pencemaran lingkungan akhir-akhir ini
menjadi permasalahan global yang menuntut pengelolaan yang efektif dan efisien
dalam waktu yang relatif cepat. Pencemaran lingkungan dapat terjadi karena
adanya polutan industri, domestik, pertanian, peternakan, rumah sakit dan lain
sebagainya. Pengelolaan pencemaran lingkungan bertujuan agar suatu kegiatan
sedapat mungkin menghasilkan polutan sesedikit mungkin atau menjadikan polutan
tersebut tidak berbahaya lagi sehingga tidak menimbulkan masalah lingkungan dan
kesehatan. Pengelolaan tersebut dapat dilakukan secara fisik, kimia dan
biologi. Pengelolaan lingkungan secara biologi dapat dilakukan dengan bantuan
mikroba.
Bakteriologi Lingkungan
Akhir-akhir ini mikroba banyak dimanfaatkan di bidang
lingkungan, terutama untuk mengatasi masalah pencemaran lingkungan
(bioremidiasi), baik di lingkungan tanah maupun perairan. Bahan pencemar dapat
bermacam-macam mulai dari bahan yang berasal dari sumber-sumber alami sampai
bahan sintetik, dengan sifat yaang mudah dirombak (biodegradable) sampai
sangat sulit bahkan tidak bisa dirombak (rekalsitran/nonbiodegradable)
maupun bersifat meracun bagi jasad hidup dengan bahan aktif tidak rusak dalam
waktu lama (persisten).
Macam
pestisida kimia sintetik yang telah digunakan sampai sekarang jumlahnya
mencapai ribuan. Pestisida yang digunakan untuk memberantas hama maupun
herbisida yang digunakan untuk membersihkan gulma, sekarang sudah mengakibatkan
banyak pencemaran. Hal ini disebabkan sifat pestisida yang sangat tahan
terhadap peruraian secara alami (persisten). Untuk mengatasi
pencemaran tersebut, sekarang banyak dipelajari biodegradasi pestisida/
herbisida. Proses biodegradasi pestisida dipengaruhi oleh struktur kimia
pestisida, sebagai berikut:
a.
Semakin panjang
rantai karbon alifatik, semakin mudah mengalami degradasi.
b.
Ketidak jenuhan
dan percabangan rantai hidrokarbon akan mempermudah degradasi.
c.
Jumlah dan
kedudukan atom-atom C1 pada cincin aromatik sangat mempengaruhi degradasi.
Misal 2,4 D (2,4-diklorofenol asam asetat) lebih mudah dirombak di dalam tanah
dibandingkan dengan 2,4,5-T (2,4,5- triklorofenoksi asam asetat).
d.
Posisi
terikatnya rantai samping sangat menetukan kemudahan degradasi pestisida.
Aspergilus
niger merupakan salah satu spesies bakteri yang dapat
dikembangkan untuk memetabolisme pestisida tertentu seperti endosulfan dan
karbofuran.
D. Pestisida Biologi/ BioPestisida
Pestisida Biologi adalah pestisida yang mengandung mikroorganisme seperti
bakteri patogen, virus dan jamur. Pestisida biologi yang saat ini banyak
dipakai adalah jenis insektisida biologi (mikroorganisme pengendali serangga)
dan jenis fungisida biologi (mikroorganisme pengendali jamur). Jenis-jenis lain
seperti bakterisida, nematisida dan herbisida biologi. Pestisida alami adalah
suatu pestisida yang bahan dasarnya berasal dari alam seperti tumbuhan.
Pestisida alami merupakan pemecahan jangka pendek untuk mengatasi masalah hama
dengan cepat, pestisida nabati bersifat ramah lingkungan karena bahan ini mudah
terdegradasi di alam, sehingga aman bagi manusia maupun lingkungan.
Berdasarkan
asalnya, biopestisida dapat dibedakan menjadi dua yakni pestisida nabati dan
pestisida hayati :
·
Pestisida nabati merupakan hasil
ekstraksi bagian tertentu dari tanaman baik dari daun, buah, biji atau akar
yang senyawa atau metabolit sekunder dan memiliki sifat racun terhadap hama dan
penyakit tertentu. Pestisida nabati pada umumnya digunakan untuk mengendalikan
hama (bersifat insektisidal) maupun penyakit (bersifat bakterisidal).
·
Pestisida hayati merupakan formulasi
yang mengandung mikroba tertentu baik berupa jamur, bakteri, maupun virus yang
bersifat antagonis terhadap mikroba lainnya (penyebab penyakit tanaman) atau
menghasilkan senyawa tertentu yang bersifat racun baik bagi serangga ( hama )
maupun nematoda (penyebab penyakit tanaman).
I.
Insektisida Biologi (Mikroorganisme
Pengendali Serangga)
Insektisida
biologi adalah pestisida yang bahan aktifnya menggunakan mikroorganisme seperti
bakteri, protozoa, virus, nematode, maupun jamur untuk mengatasi masalah hama
dan penyakit tanaman yang disebabkan oleh serangga.
Salah satu alternatif pengendalian
serangga hama yang aman bagi lingkungan dan makhluk hidup lain adalah
pengendalian secara biologis dengan menggunakan insektisida mikroba. Bakteri Bacillus
thuringiensis merupakan salah satu jenis bakteri yang sering digunakan
sebagai insektisida mikroba untuk mengontrol serangga hama seperti Lepidoptera,
Diptera, dan Coleoptera.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Bacillus
thuringiensis mampu menghasilkan suatu protein yang bersifat toksik bagi
serangga, terutama seranggga dari ordo Lepidoptera. Protein ini bersifat mudah
larut dan aktif menjadi toksik, terutama setelah masuk ke dalam saluran
pencemaan serangga. Bacillus thuringiensis mudah dikembangbiakkan, dan
dapat dimanfaatkan sebagai biopestisida pembasmi hama tanaman. Pemakaian
biopestisida ini diharapkan dapat mengurangi dampak negatif yang timbul dari
pemakaian pestisida kimia.
Salah satu keunggulan B. thuringiensis sebagai agen
hayati adalah kemampuan menginfeksi serangga hama yang spesifik artinya bakteri
dapat mematikan serangga tertentu saja sehingga tidak beracun terhadap hama
bukan sasaran atau manusia dan ramah lingkungan karena mudah terurai dan tidak
menimbulkan residu yang mencemari lingkungan.
Berbagai macam B. thuringiensis diantaranya:
1. Bacillus thuringiensis varietas tenebrionis menyerang kumbang kentang
colorado dan larva kumbang daun.
2. Bacillus thuringiensis varietas kurstaki menyerang berbagai jenis ulat
tanaman pertanian.
3. Bacillus thuringiensis varietas israelensis menyerang nyamuk dan lalat
hitam.
4. Bacillus thuringiensis varietas aizawai menyerang larva ngengat dan
berbagai ulat, terutama ulat ngengat diamondback.
Cara Perbanyakan
Perbanyakan bakteri B.
thuringiensis dalam media cair dapat dilakukan dengan cara yang mudah dan
sederhana. Karena yang diperlukan sebagai bioinsektisida adalah protein
kristalnya, maka diperlukan media yang dapat memicu terbentuknya kristal
tersebut. Media yang mengandung tryptose telah diuji cukup efektif untuk
memicu sporulasi B. thuringiensis. Dalam 2–5 hari B. thuringiensis
akan bersporulasi dalam media ini dengan pengocokan pada suhu 30°C. Perbanyakan
B. thuringiensis ini dapat pula dilakukan dalam skala yang lebih besar
dengan fermentor.
Potensi sebagai Bioinsektisida
Untuk
bahan dasar bioinsektisida biasanya digunakan sel-sel spora atau protein
kristal Bt dalam bentuk kering atau padatan. Padatan ini dapat diperoleh
dari hasil fermentasi sel-sel Bt yang telah disaring atau diendapkan dan
dikeringkan. Padatan spora dan protein kristal yang diperoleh dapat dicampur
dengan bahan-bahan pembawa, pengemulsi, perekat, perata, dan lain-lain dalam
formulasi bioinsektisida.
Keuntungan penggunaan biopestisida :
·
Menjaga kesehatan tanah dan mempertahankan hidupnya dengan
meningkatkan bahan organik tanah.
·
Spesies tertentu yang digunakan aman baik sebagai musuh alami dan
organisme non target.
·
Biopestisida tidak terlalu beracun seperti pestisida kimia
sehingga aman untuk lingkungan.
·
Pestisida mikroba mengandalkan senyawa biokimia potensial yang
disintesis oleh mikroba, hanya dibutuhkan dalam jumlah terbatas.
·
Mudah membusuk sehingga dapat mengurangi pencemaran.
·
Dapat berkembang biak secara cepat dalam jasad inangnya (hospes).
·
Dapat bertahan hidup di luar hospes.
· Sangat mudah tersebar di
alam.
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1.
Pestisida
adalah substansi (zat) kimia yang digunakan untuk membunuh atau mengendalikan
berbagai hama.
2.
Pestisida Sintetik yang
digunakan oleh petani, banyak yang menimbulkan pencemaran lingkungan dalam
waktu panjang dan berbahaya untuk lingkungan sekitarnya termasuk manusia.
3.
Pestisida
Biologi
adalah pestisida yang mengandung mikroorganisme seperti bakteri patogen, virus
dan jamur. Pestisida biologi yang saat ini banyak dipakai adalah jenis
insektisida biologi (mikroorganisme pengendali serangga) yang menggunakan
bakteri Bacillus
thuringiensi.
B. SARAN
Penyuluhan tentang
pembuatan atau pengolahan, penggunaan, dan pengembangbiakan biopestisida kepada petani-petani
diperbanyak. Karena bahan yang dibutuhkan relative mudah didapatkan di
Indonesia dan tidak membawa dampak negative bagi lingkungan sekitar.
DAFTAR
PUSTAKA
Novian, 2002. Membuat & Memanfaatkan Pestisida Ramah
Lingkungan.Agro Media Pustaka